Kadang pada satu titik kita merasa hidup ini begitu menyenangkan, begitu membuat bahagia, walau kadang kebahagiaan itu tidak juga membuat kita ingat untuk bersyukur pada-Nya. Di waktu lain kadang kita merasa begitu menderita, merasa kenapa bisa begini, kenapa Tuhan memberikan cobaan begitu berat, dan kita terus bertanya kapan semua ini akan berakhir. Kita mulai mengeluh, meratap, menunggu dengan tidak sabar kapan semua akan berlalu, dan ketika penderitaan itu terasa begitu berat kadang kita tetap tidak berubah, tidak mampu merubah kita untuk menjadi lebih baik, membuat kita mengevaluasi diri mungkin ada pelajaran yang sangat berharga dari cobaan Tuhan, tidak juga membuat kita lebih taat beribadah, kita hanya mengeluh dan sulit melihat kebahagiaan – kebahagiaan yang sebenarnya tetap ada mengiringi penderitaan yang kita rasakan, hanya kita terlalu fokus pada sakitnya, pada penderitaannya, sehingga kita menolak melihat sisi yang lain.
Seandainya kita menyakini bahwa semua pasti berlalu, seperti yang dikatakan oleh Ajahn Bram dalam bukunya “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”, tentu tidak akan ada penderitaan yang begitu berat, mungkin tidak akan ada keinginan untuk bunuh diri, karena ketika kita mengalami penderitaan, kita yakin, ini pasti berlalu, dan toh kita juga pasti akan mati nantinya. Juga tidak ada berita bahagia yg berlangsung selamanya. Dan akan hilang orang yang begitu sombong ketika ia berhasil, atau ketika memenangkan sesuatu, jika ia menyadari semua pasti berlalu.
Kebahagiaan, bukan berarti karena kita tahu pada suatu saat akan berlalu kita jadi menganggapnya biasa, berfikir “ah ini juga nanti akan berlalu”, tapi justru harusnya membuat kita bersyukur, benar-benar menikmati dan menghargai kebahagiaan yang kita miliki di saat ini, berusaha menjaga kebahagiaan itu terus berlangsung lama, walau yakinlah, pada satu titik, semua orang akan mendapat masa-masa yang kurang begitu membahagiakan, bahkan mungkin pada sebagian orang kebahagiaan yang dirasakan bisa tiba-tiba berubah menjadi penderitaan, karena itu sudah seharusnya kita menikmati saat-saat bahagia, saat-saat bersama orang yang kita sayang.
Penderitaan, tentu saja akan berlalu juga, jadi sebaiknya “ia” tidak membuat kita begitu menderita, membuat kita kehilangan semangat untuk bahagia, kehilangan semangat untuk membuat orang lain bahagia, apa lagi kehilangan semangat untuk hidup. Sebaliknya, penderitaan harus membuat kita lebih kuat, lebih berpengalaman, dan membuat kita menjadi lebih baik dari kita sebelumnya jika kita banyak belajar selama mengalami “penderitaan”. Dalam Islam kita tahu bahwa Allah tidak akan mengubah nasib seseorang jika ia sendiri tidak berusaha untuk mengubah nasibnya, jadi tidak ada gunanya jika kita hanya mengeluh dan mengeluh, tapi terus berusahalah. Dan ketika kita sudah berusaha maksimal yang tentu saja diiringi dengan doa, pasrahkanlah hasilnya pada Tuhan, jika hasilnya ternyata berbeda dari apa yang kita bayangkan, jangan khawatir karena Tuhan lebih tahu apa yang terbaik untuk kita.
Pada akhirnya, hidup ini akan berwarna, akan menarik, atau begitu menyedihkan tergantung bagaimana kita menyikapi kebahagiaan, penderitaan, pelajaran, atau apapun yang Tuhan berikan untuk kita. Pada akhirnya kita yang memutuskan, tetap bisa merasa bahagia dan bersemangat di saat Tuhan memberikan cobaan atau tidak bersyukur dan tetap saja mengeluh ada yang kurang ketika Tuhan sudah melimpahkan begitu banyak kebahagiaan. Well, hidup itu adalah tentang pilihan.
inda 🙂
Leave a comment